New Mexico

9:44 PM Shamsul 0 Comments

Selepas sarapan pagi bersama tuan rumah suami isteri yang sangat pemurah itu kami betolak menuju ke-New Mexico. Di kiri kanan jalan dahan2 di pohon diliputi ais atau frost yang berkilauan dipancar chahaya mata hari yang sedang mendaki kelangit yang biru tampan setitik awan untuk mencemar kebiruanya, ‘clear blue sky all the way.’  Diiringi lagu2 John Denver yang popular pada masa itu kami begerak masing2 diam tidak berkkata apa2 hanya merenungkan diri dan menikmati keindahan landscape yang kami lalui sepanjang jalan yang lengang  tampa banyak kenderaan lain berbatu2,’ just you and me, Jerry old boy, against the cold wind passing by’.
Albuquerque, New Mexico, namanya membawa peringatan sejarah silam Kot Melaka yang dirobohkan oleh Portuguese dibawah seragan yang di ketuai oleh De Albuquerque. Jerry dan saya singgah disebah bengkel kereta untuk menukar minyak hitam dan membuat engine check sersedikit sebelum teruskan perjalanan. Mengikut peta ayng kami bawa bersama satu2 tempat yang menarik yang paling dekat ialah Daming, dimana terletak,’The City of Rocks,” atau kota batu. Ini telah menjadi keputusan untuk bermalam disitu.
 The  City of Rocks, mengikut papan kenyataan disitu adalah suatu landscape semula jadi akibat letupan gunung atau gempa bumi.  Terletak ditengah ‘Prairie Landscape’, tanah yang rata diselimuti rumput tinggi, kelihatan dari jauh seperti sabuah kota yang penuh dengan bangunan tinggi dan bila dekat ianya hanyalah batu2 gergasi yang ditolak keluar dari muka bumi. Batu2 ini sama dengan ayng didapati disungai dan ditepi pantai, bulat dan berwarna coklat tua. Ini rupa bentuk dan warna batu sangatlah belainan dari kawasn sekiling nya.’’
Kami memasang khemah sampai saja disitu dan mungkin sebab keletehan Jerry terus masuk dan terlena dalamnya. Saya sedang memerhati sabuah bukit yang berbentuk meja tidak beberapa jauh dari kawasan Kota Batu dan timbul perasaan yang ingin tahu apakah yang berada di atasnya. Di kenali sebagai ‘Mesa’ dalan bahasa Spaniol, ia juga dipanggil ‘Table top Mountain’ dan bukit2 yang berbentuk begini banyak abnyak terdapat merata di-South West.  Dengan tampa memikir banyak saya terus atur langkah menuju kearah bukit tersebut dengan ingatan yang saya akan sampai dan kembali belum gelap.
Perjalanan saya memakan masa selama lebeh kuran setengah Sesampai saya disitu saya dapati hari sudah mula gelap dan matahari hampir tengelam meningalkan kesan ‘Sunset’ yang mengkagumkan di langit sejauh mata memandang membuatkan saya sebak dan melangut ke atas sambil berucap,Subhanallah!  mobil home yang berkhemah berdekatan dengan khemah kami saya rasa bernasi baik sebab hala balik saya dapat menuju kea rah itu kelak. Dalam keadaan kalang kelibut untuk datang kebukit itu saya tidak membawa lampu picit.
Sambil saya nikmati keindahan alam desekeliling saya tedengar dari jauh salakan anjing mungkin Cayote atau Prarie Dog, sayup dibawah sahut menyahut dari satu lokasi kelain. Saya tidak rasa khuatir sebab tidak mungkin merekanya boleh memanjat bukit ini walaupun tidak begitu tinggi. Tidak pernah saya seumur hidup sehingga masa itu menatapi langgit yang penuh degang bintang2 bekerlipan seperti taburan mutiara disekeliling saya. Betapa indahnya tadapat saya bandingkan dan saya coba bayangkan perasaan suku Native American yang pada zaman lampau berdiri disitu seperti saya betapa danmenadak tangan kelangit sambil menyahut “O Great Spirit, Mighty Wakan Tanka! I thank you for showing this to me!”

Salepas selesai persaan saya pada waktu itu saya kembali ke reality yang saya hadapi, yaitu meninggal tempat itu sebelum mati kesejukan. Dengan penuh persaaan curiga saya mula mendaki turun dalam gelap curang bukit meraba2 dan melongsur hingga luka dan lebam tubuh badan saya hinga sampai kaki bukit. Menunduk kepala terhadap sang bukit saya mula mengatur langkah kearah Kota Batu malangnya chaya lampu yang pada awalnya saya harapkan akan menjadi tumpuan saya menuju sudah tidak ada lagi! Saya rasa cemas dna mula khuatir yang saya dapat sampai keKota Batu dalam gelap. Dengan tiada pilihan saya berjalan dan perjalanan kembali saya menjadi satu mimpi yang ngeri dimana kaki saya terjerumus masuk satu lobang ke satu lobang dan rumput yang panjang menjadi seperti hutan yang menahn pergerakan saya tiap langkah.    cabaran yang sangan menakutkan. Akhirnya tiba saya membuat saya firkirkan betapa bodoh tindakan saya untuk mendaki Mesa tersebut. Saya sesat dalam mencari khemah kami dalam gelap. Tiap2 lorong dan diantara batu gergasi membawa saya ke jalan yang lain dan bunyian bermacam dikeliling saya menakutkan sebab saya tidak mempunyai lampu apa2. Saya telah melilau dalam gelap hamper dua jam sebelum menemui khemah dan tampa menangal pakaian saya rebah diri dan terus pengsan.

0 comments: