New Mexico
Selepas sarapan pagi
bersama tuan rumah suami isteri yang sangat pemurah itu kami betolak menuju
ke-New Mexico. Di kiri kanan jalan dahan2 di pohon diliputi ais atau frost yang
berkilauan dipancar chahaya mata hari yang sedang mendaki kelangit yang biru
tampan setitik awan untuk mencemar kebiruanya, ‘clear blue sky all the
way.’ Diiringi lagu2 John Denver yang
popular pada masa itu kami begerak masing2 diam tidak berkkata apa2 hanya
merenungkan diri dan menikmati keindahan landscape yang kami lalui sepanjang
jalan yang lengang tampa banyak
kenderaan lain berbatu2,’ just you and me, Jerry old boy, against the cold wind
passing by’.
Albuquerque, New
Mexico, namanya membawa peringatan sejarah silam Kot Melaka yang dirobohkan
oleh Portuguese dibawah seragan yang di ketuai oleh De Albuquerque. Jerry dan saya
singgah disebah bengkel kereta untuk menukar minyak hitam dan membuat engine
check sersedikit sebelum teruskan perjalanan. Mengikut peta ayng kami bawa
bersama satu2 tempat yang menarik yang paling dekat ialah Daming, dimana
terletak,’The City of Rocks,” atau kota batu. Ini telah menjadi keputusan untuk
bermalam disitu.
The
City of Rocks, mengikut papan kenyataan disitu adalah suatu landscape
semula jadi akibat letupan gunung atau gempa bumi. Terletak ditengah ‘Prairie Landscape’, tanah
yang rata diselimuti rumput tinggi, kelihatan dari jauh seperti sabuah kota
yang penuh dengan bangunan tinggi dan bila dekat ianya hanyalah batu2 gergasi
yang ditolak keluar dari muka bumi. Batu2 ini sama dengan ayng didapati
disungai dan ditepi pantai, bulat dan berwarna coklat tua. Ini rupa bentuk dan
warna batu sangatlah belainan dari kawasn sekiling nya.’’
Kami memasang khemah
sampai saja disitu dan mungkin sebab keletehan Jerry terus masuk dan terlena
dalamnya. Saya sedang memerhati sabuah bukit yang berbentuk meja tidak beberapa
jauh dari kawasan Kota Batu dan timbul perasaan yang ingin tahu apakah yang
berada di atasnya. Di kenali sebagai ‘Mesa’ dalan bahasa Spaniol, ia juga
dipanggil ‘Table top Mountain’ dan bukit2 yang berbentuk begini banyak abnyak
terdapat merata di-South West. Dengan
tampa memikir banyak saya terus atur langkah menuju kearah bukit tersebut
dengan ingatan yang saya akan sampai dan kembali belum gelap.
Perjalanan saya memakan
masa selama lebeh kuran setengah Sesampai saya disitu saya dapati hari sudah
mula gelap dan matahari hampir tengelam meningalkan kesan ‘Sunset’ yang
mengkagumkan di langit sejauh mata memandang membuatkan saya sebak dan melangut
ke atas sambil berucap,Subhanallah! mobil
home yang berkhemah berdekatan dengan khemah kami saya rasa bernasi baik sebab
hala balik saya dapat menuju kea rah itu kelak. Dalam keadaan kalang kelibut
untuk datang kebukit itu saya tidak membawa lampu picit.
Sambil saya nikmati
keindahan alam desekeliling saya tedengar dari jauh salakan anjing mungkin Cayote
atau Prarie Dog, sayup dibawah sahut menyahut dari satu lokasi kelain. Saya
tidak rasa khuatir sebab tidak mungkin merekanya boleh memanjat bukit ini
walaupun tidak begitu tinggi. Tidak pernah saya seumur hidup sehingga masa itu
menatapi langgit yang penuh degang bintang2 bekerlipan seperti taburan mutiara
disekeliling saya. Betapa indahnya tadapat saya bandingkan dan saya coba
bayangkan perasaan suku Native American yang pada zaman lampau berdiri disitu
seperti saya betapa danmenadak tangan kelangit sambil menyahut “O Great Spirit,
Mighty Wakan Tanka! I thank you for showing this to me!”
Salepas selesai persaan
saya pada waktu itu saya kembali ke reality yang saya hadapi, yaitu meninggal
tempat itu sebelum mati kesejukan. Dengan penuh persaaan curiga saya mula
mendaki turun dalam gelap curang bukit meraba2 dan melongsur hingga luka dan
lebam tubuh badan saya hinga sampai kaki bukit. Menunduk kepala terhadap sang
bukit saya mula mengatur langkah kearah Kota Batu malangnya chaya lampu yang
pada awalnya saya harapkan akan menjadi tumpuan saya menuju sudah tidak ada
lagi! Saya rasa cemas dna mula khuatir yang saya dapat sampai keKota Batu dalam
gelap. Dengan tiada pilihan saya berjalan dan perjalanan kembali saya menjadi
satu mimpi yang ngeri dimana kaki saya terjerumus masuk satu lobang ke satu
lobang dan rumput yang panjang menjadi seperti hutan yang menahn pergerakan
saya tiap langkah. cabaran yang sangan menakutkan. Akhirnya tiba
saya membuat saya firkirkan betapa bodoh tindakan saya untuk mendaki Mesa
tersebut. Saya sesat dalam mencari khemah kami dalam gelap. Tiap2 lorong dan
diantara batu gergasi membawa saya ke jalan yang lain dan bunyian bermacam
dikeliling saya menakutkan sebab saya tidak mempunyai lampu apa2. Saya telah
melilau dalam gelap hamper dua jam sebelum menemui khemah dan tampa menangal
pakaian saya rebah diri dan terus pengsan.
0 comments: